Selasa, 23 Februari 2010

PMI Butuh Dana Rp 170 M

JAKARTA,UPEKS--Palang Merah Indonesia (PMI) di bawah kepemimpinan Jusuf Kalla (JK) terus berbenah. Hanya saja program yang menyentuh langsung itu belum maksimal karena PMI masih kekurangan dana.

JK mengatakan tahun lalu anggaran yang diberikan pemerintah hanya Rp40 miliar, dan hanya cukup sterilisasi HIV. Padahal program PMI juga termasuk sterilisasi atau pembersihan darah dari infeksi Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis.
"Anggaran pemerintah yang diberikan pada tahun lalu adalah Rp40 miliar, itu hanya bisa mencakup biaya untuk sterilisasi HIV. Sedangkan untuk yang biaya hepatitis B dan hepatitis C serta sifilis itu tidak masuk. Anggaran yang ideal, kita mengharapkan sekitar Rp170 miliar," pinta JK.

Tahun ini, PMI memprogramkan akan membuat 100 gerai atau outlet untuk transfusi darah di beberapa tempat keramaian seperti pusat perbelanjaan dan kampus. Hal tersebut bertujuan memenuhi target jumlah kantong darah untuk rakyat Indonesia.
Dari jumlah rakyat Indonesia sekitar 220 juta jiwa, minimal persediaan darah adalah 2 persen yaitu 4 juta kantong darah. Sedangkan pada tahun lalu, PMI hanya dapat mengumpulkan sebanyak 1,7 juta kantong darah (0,7% dari jumlah penduduk).

"Target tahun ini adalah 3 juta kantong darah. Untuk itu PMI akan membuat 100 gerai donor darah di seluruh Indonesia, yang akan difokuskan di tempat keramaian seperti mal dan kampus," ungkap JK dalam rilis yang diterima Fajar Media Center (FMC), Minggu (21/2).

Dikatakannya, untuk setiap satu buah gerai tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 500 juta. Untuk awalnya, pendirian gerai pengambilan darah tersebut akan diuji coba di 5 pusat perbelanjaan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar.
"Kita ingin tingkatkan stok darah dua hari di rumah sakit, sehingga tidak terjadi keterlambatan, Darah adalah emergensi waktu, kita tidak ingin bermain dengan waktu," ujar mantan wakil presiden.

PMI juga akan mendirikan pabrik kantong darah di Indonesia. Tujuan dari mendirikan pabrik kantong darah tersebut adalah untuk menurunkan biaya pelayanan darah serta untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi, sekitar 4 juta per tahun.
Selama ini, Indonesia selalu membeli kantong darah dari luar negeri seperti India, China, dan Singapura. "Dengan menyediakan kantong darah dalam negeri, Indonesia dapat menghemat pengeluaran uang negara sekitar USD200-300 juta per tahun," jelasnya.

JK menjelaskan, untuk mendirikan kantong darah tersebut, PMI akan bekerja sama dengan perusahaan profesial untuk mewujudkan rencana tersebut. "Tahun ini dan tahun depan kita rencanakan semuanya dari dalam negeri, kita tidak perlu impor. Kita kerjasama dengan perusahaan professional yang disponsori oleh PMI, dengan tujuan untuk lebih terjamin jumlah dan harganya," ucap JK.
Sementara itu, anggota komisi IX, Nova Riyanti Yusuf mengatakan, persiapan pengadaan darah memang sangat penting, terutama persediaan darah di setiap rumah sakit diharapkan jangan samapi kosong. "Saya setuju jika bank darah ada di setiap rumah sakit," ujar Nova.

Zuber Safawi, anggota komisi IX dari PKS menegaskan, sekarang ini semakin banyak calo darah, padahal dalam undang-undang kesehatan sudah tertera darah tidak diperbolehkan dijual dengan cara apapun. Untuk itu dirinya meminta agar segera dilihangkan para calo tersebut.
"Dalam UU kesehatan, darah tidak boleh diperjual belikan dalam bentuk apapun, sekarang ini semakin banyak calo. caranya dengan meningkatkan persediaan darah," pungkasnya.