JAKARTA(SINDO)-Dokter yang gemar memberikan resep lebih dari tiga jenis obat dan membuka praktik hingga pukul 24.00 mendapat protes dari Wapres Jusuf Kalla.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar ini menilai praktik dokter seperti itu sudah sangat berlebihan. Ituiah sebabnya masyarakat Indonesia lebih suka berobat diluar negeri.
"Di sini periksanya cepat, tapi resepnya ditulis lama karena panjangnya resep. Kalau tidak lima obat, tidak merasa enak," sindir Kalla di hadapan peserta Indomedica Expo 2008 di Jakarta Convention Center Hall A, Jakarta, kemarin.
Para peserta Indomedica Expo 2008 yang sebagian besar berprofesi sebagai dokter tampak tersenyurn saat mendengar sindiran Wapres tersebut. Menurut Kalla, resep obat yang berlebih ini secara tidak langsung mendorong masyarakai memilih berobat ke Malaysia atau Singapura. Sebab, jika dihitung, biaya pengobatan dalam negeri akan sama saja dengan biaya pengobatan di negara yang berbatasan dengan Indonesia tersebut.
"(Di dalam negeri) murah konsultasinya, mahal obatnya. Jadi secara keseluruhan biaya pengobatan (di Indonesia) sama seperti ke Penang dan Singapura, di sana sekalian belanja," ujar Wapres.
Mengenai jam praktik dokter yang panjang, Wapres meminta kepada Departemen Kesehatan (Depkes) untuk membatasi praktik atau klinik dokter hingga pukul 19.00 WIB. Tujuannya agar para dokter memiliki waktu istirahat dan menambah wawasan mereka dengan membaca jurnal atau buku, "Maksimal 52 pasien. Ini supaya dokter bisa fresh dan bisa istirahat. Didunia ini cuma Indonesia negara yang dokter praktiknya sampai jam 12 malam,"ujar mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat ini.
Anggota Komisi IX DPR Zuber Safawi memandang kritikan Wapres Jusuf Kalla sangat diperlukan bagi para dokter di Indonesia. Namun, kritikan itu jangan hanya ucapan tanpa mengedepankan fakta dan bukti konkret. "Itu bagus untuk memperbaiki kinerja dan pelayanan dokter ke depan. Jadi tidak hanya praktiknya yang kenceng, tapi pelayanannya juga diperhatikan."kata Zuber.
Zuber mengatakan, praktik dokter yang selama ini dilakukan tidak bisa dikatakan seluruhnya berlebihan. Sebab, ada juga praktik dokter yang tidak menarget waktu operasi sampai pukul 24.00 WIB. Memang, adanya kritikan dapat menjadi peringatan dan evaluasi bersama menyangkut pelayanan yang diberikan dokter.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, kendati tidak ada masukan dari Wapres, sebenarnya sudah banyak masukan dari masyarakat menyangkut pelayanan dokter yang semakin minim. Terlepas dari itu, dia berharap agar para dokter tidak hanya menarik harga yang tinggi, tapi juga memberikan pelayanan terbaik yang sangai diharapkan masyarakat.
Zuber berharap, organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dapat memberikan imbauan supaya persoalan yang selama ini menjadi momok masyarakat dapat terselesaikan, "Yang penting pelayanan, memberikan resep obat yang tidak berlebihan, dan biaya yang terjangkau di masyarakat," katanya.
Dengan pelayanan yang baik dan harga yang terjangkau, diyakini masyarakat tidak akan berlomba-lomba berobat ke luar negeri. Selama ini, akibat pelayanan dan harga obat yang terlalu melambung, masyarakat Indonesia lebih memilih berobat ke rumah sakit luar negeri. "Kalau di hitung-hitung, ongkos berobat di luar negeri tidak jauh beda dengan di negeri sendiri," ujarnya.
Ketua Umum Pengurus Besar IDI Fachmi Idris mengungkapkan, negara akan kehilangan devisa hampir Rp 20 triliun akibat banyaknya masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke Singapura. Angka ini diperoleh setelah menghitung rata-rata biaya yang dikeluarkan warga negara Indonesia (WNI) untuk berobat di Singapura dikalikan dengan prediksi jumlah WNI yang berobat ke negara tersebut sebanyak 100.000 jiwa pada 2010.Hasilnya, menurut dia, akan melebihi dana APBN yang pernah ada sepanjang sejarah anggaran kesehatan pascakemerdekaan Indonesia. "Kalaulah di tahun 2010 tersebut semua warga negara asing (WNA) yang berobat adalah bangsa Indonesia, dengan perhitungan rata-rata biaya dikeluarkan USD 10.000 – 20.000 (untuk biaya transportasi, penginapan, pengobatan, dan lain-lain), total devisa negara yang hilang mencapai hampir Rp 20 triliun," papar Fachmi di Jakarta kemarin.Fachmi mengatakan, Singapura telah menargetkan 1 juta warga WNA-untuk berobat ke negaranya pada 2012, Hingga 2006, tercatat WNA yang berobat ke Singapura sebanyak 400.000 jiwa.(maya sofia/m purwadi)
Sumber : Koran Sindo, 30 Mei 2008
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar ini menilai praktik dokter seperti itu sudah sangat berlebihan. Ituiah sebabnya masyarakat Indonesia lebih suka berobat diluar negeri.
"Di sini periksanya cepat, tapi resepnya ditulis lama karena panjangnya resep. Kalau tidak lima obat, tidak merasa enak," sindir Kalla di hadapan peserta Indomedica Expo 2008 di Jakarta Convention Center Hall A, Jakarta, kemarin.
Para peserta Indomedica Expo 2008 yang sebagian besar berprofesi sebagai dokter tampak tersenyurn saat mendengar sindiran Wapres tersebut. Menurut Kalla, resep obat yang berlebih ini secara tidak langsung mendorong masyarakai memilih berobat ke Malaysia atau Singapura. Sebab, jika dihitung, biaya pengobatan dalam negeri akan sama saja dengan biaya pengobatan di negara yang berbatasan dengan Indonesia tersebut.
"(Di dalam negeri) murah konsultasinya, mahal obatnya. Jadi secara keseluruhan biaya pengobatan (di Indonesia) sama seperti ke Penang dan Singapura, di sana sekalian belanja," ujar Wapres.
Mengenai jam praktik dokter yang panjang, Wapres meminta kepada Departemen Kesehatan (Depkes) untuk membatasi praktik atau klinik dokter hingga pukul 19.00 WIB. Tujuannya agar para dokter memiliki waktu istirahat dan menambah wawasan mereka dengan membaca jurnal atau buku, "Maksimal 52 pasien. Ini supaya dokter bisa fresh dan bisa istirahat. Didunia ini cuma Indonesia negara yang dokter praktiknya sampai jam 12 malam,"ujar mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat ini.
Anggota Komisi IX DPR Zuber Safawi memandang kritikan Wapres Jusuf Kalla sangat diperlukan bagi para dokter di Indonesia. Namun, kritikan itu jangan hanya ucapan tanpa mengedepankan fakta dan bukti konkret. "Itu bagus untuk memperbaiki kinerja dan pelayanan dokter ke depan. Jadi tidak hanya praktiknya yang kenceng, tapi pelayanannya juga diperhatikan."kata Zuber.
Zuber mengatakan, praktik dokter yang selama ini dilakukan tidak bisa dikatakan seluruhnya berlebihan. Sebab, ada juga praktik dokter yang tidak menarget waktu operasi sampai pukul 24.00 WIB. Memang, adanya kritikan dapat menjadi peringatan dan evaluasi bersama menyangkut pelayanan yang diberikan dokter.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, kendati tidak ada masukan dari Wapres, sebenarnya sudah banyak masukan dari masyarakat menyangkut pelayanan dokter yang semakin minim. Terlepas dari itu, dia berharap agar para dokter tidak hanya menarik harga yang tinggi, tapi juga memberikan pelayanan terbaik yang sangai diharapkan masyarakat.
Zuber berharap, organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dapat memberikan imbauan supaya persoalan yang selama ini menjadi momok masyarakat dapat terselesaikan, "Yang penting pelayanan, memberikan resep obat yang tidak berlebihan, dan biaya yang terjangkau di masyarakat," katanya.
Dengan pelayanan yang baik dan harga yang terjangkau, diyakini masyarakat tidak akan berlomba-lomba berobat ke luar negeri. Selama ini, akibat pelayanan dan harga obat yang terlalu melambung, masyarakat Indonesia lebih memilih berobat ke rumah sakit luar negeri. "Kalau di hitung-hitung, ongkos berobat di luar negeri tidak jauh beda dengan di negeri sendiri," ujarnya.
Ketua Umum Pengurus Besar IDI Fachmi Idris mengungkapkan, negara akan kehilangan devisa hampir Rp 20 triliun akibat banyaknya masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke Singapura. Angka ini diperoleh setelah menghitung rata-rata biaya yang dikeluarkan warga negara Indonesia (WNI) untuk berobat di Singapura dikalikan dengan prediksi jumlah WNI yang berobat ke negara tersebut sebanyak 100.000 jiwa pada 2010.Hasilnya, menurut dia, akan melebihi dana APBN yang pernah ada sepanjang sejarah anggaran kesehatan pascakemerdekaan Indonesia. "Kalaulah di tahun 2010 tersebut semua warga negara asing (WNA) yang berobat adalah bangsa Indonesia, dengan perhitungan rata-rata biaya dikeluarkan USD 10.000 – 20.000 (untuk biaya transportasi, penginapan, pengobatan, dan lain-lain), total devisa negara yang hilang mencapai hampir Rp 20 triliun," papar Fachmi di Jakarta kemarin.Fachmi mengatakan, Singapura telah menargetkan 1 juta warga WNA-untuk berobat ke negaranya pada 2012, Hingga 2006, tercatat WNA yang berobat ke Singapura sebanyak 400.000 jiwa.(maya sofia/m purwadi)
Sumber : Koran Sindo, 30 Mei 2008