Rabu, 19 Maret 2008

PEMERINTAH DIMINTA PERHATIKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

Pemerintah diminta untuk lebih memperhatikan kesehatan ibu dan anak, karena anggaran kesehatan selama ini dinilai belum menyentuh masyarakat bawah. Itu terlihat dari masih tingginya angka kematian ibu saat melahirkan.

"Pemerintah harus lebih peka terhadap kesehatan ibu-ibu," kata Liong Nababan, Ketua Umum Persaudaraan Korban Sistem Kesehatan di Jakarta, Jumat kemarin.

Berdasarkan data terakhir BPS (Badan Pusat Statistik), angka kematian ibu 262 per 100 ribu kelahiran pada 2005. Namun dari berbagai survei disebutkan, angka kematian ibu ini lebih tinggi, yakni 300-400 kematian per-100 ribu.

Liong menyatakan, angka kematian ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Di Malaysia angka kematian hanya 41 per-100 ribu, Thailand 44 per-100 ribu dan Filipina 170 per-100 ribu.

Liong yakin hal itu sebenarnya bisa diatasi jika anggaran kesehatan dimanfaatkan sungguh-sungguh, sehingga tidak ada lagi terjadi peristiwa busung lapar, kurang gizi, cacat. "Itulah harapan kami," katanya.

Anggota Komisi Kesehatan DPR Zuber Safawi, mengakui anggaran bagi kesehatan ibu dan anak selama ini masih minim. "Memang masih kurang tapi bisa dihindari dengan manajemen yang baik," kata anggoa Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ini.

Menurut Zuber, salah satu bentuk manajemen yang baik adalah dengan memaksimalkan Puskesmas di desa-desa. Selama ini berbagai daerah selalu mengeluh kekurangan tenaga medis, tidak ada bidan yang mau ditempatkan di desa.

"Seharusnya pemerintah bisa mengatasi hal ini dengan memberikan insentif kepada bidan yang bersedia ditempatkan di daerah," katanya.

Soal angka kematian ibu melahirkan di Indonesia yang termasuk tinggi di Asia, Zuber tidak menyangkalnya. Menurut Zuber, dibandingkan dengan di Malaysia atau Singapura, angka kematian di Indonesia memang masih yang tertinggi.

"Tetapi penyebab masih tingginya angka kematian ini bukan semata-mata minimnya anggaran," ujar Zuber.

Zuber menyebut kematian ibu melahirkan paling banyak terjadi di pedesaan. Di kawasan itu petugas medis minim sehingga ibu-ibu tak mendapat pelayanan maksimal.(emon).

SUmber: Situs BKKBN, Kamis, 03 Januari 2008